KELOLA BISNIS TIKET DARI RUMAH ANDA

Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

Berapa Potensi Pendapatan Anda??

Potensi penghasilan yang bisa anda hasilkan bernilai milyaran rupiah setiap bulan untuk selamanya. Selama industri penerbangan masih tetap ada, dan ada orang yang membeli tiket, maka anda akan tetap mendapatkan komisinya.

Siapa Saja Yang Bisa Bergabung??

Siapapun diri anda, anda bisa bergabung dan memanfaatkan Bisnis Tiket Pesawat. Jika anda termasuk dalam kategori orang-orang di bawah ini, maka bisnis ini sangat cocok untuk anda.

  1. Sekretaris, yang sering diminta tolong oleh pimpinan perusahaan untuk mencarikan tiket pesawat.
  2. Public Relation, Protokoler, HRD, Marketing yang sering melakukan perjalanan dengan pesawat terbang dan berhubungan dengan banyak orang.
  3. Mahasiswa yang ingin berlatih untuk berusaha, berhubungan dengan banyak orang, mandiri secara finansial dan tidak menggantungkan biaya dari orang tua.
  4. Karyawan yang ingin menambah penghasilan bahkan bermimpi memiliki kebebasan finansial.
  5. Penganggur yang tidak memiliki aktifitas namun tidak ingin waktunya sia-sia.
  6. Pencari Peluang yang selalu membuka mata dan telinga untuk meningkatkan taraf hidupnya.
  7. Semua orang yang ingin berhasil, berlatih berusaha, berlatih menjadi pengusaha dan tidak ingin menjadi kuli bagi orang lain.

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Jumat, 04 April 2014

Perceraian Berakibat Buruk bagi Kesehatan Pria


Ilustrasi

Perceraian ternyata tak hanya berefek buruk bagi kesehatan mental dan emosi, tapi juga fisik seseorang. Kondisi ini tidak cuma rentan dialami wanita, tapi juga pria.


Sebuah riset di Amerika mengatakan, pria yang hidup single atau mengalami perceraian, berpeluang 39 persen lebih tinggi mengalami kematian dini. Angka ini dibandingkan dengan pria yang ada dalam ikatan pernikahan.

Kondisi ini mungkin disebabkan pria yang hidup single lebih berpeluang menjalankan gaya hidup atau perilaku seks berisiko. Perilaku ini lambat laun mengancam kesehatan fisik dan mentalnya.
 
Sebuah studi kasus oleh Dr. Daniel Felix dari University of Nebraska dan dimuat dalam Journal of Men's Health mengungkapkan pentingnya para dokter untuk mengenali problem kesehatan kaum pria yang dipicu oleh perceraian.

Riset ini merupakan kajian terhadap kasus yang dialami seorang responden pria berkulit putih usia 45 tahun yang bertahan dari perceraian.

Setelah perceraian, pria ini mengunjungi dokter keluarga setelah 10 tahun tidak memeriksakan diri. Ia datang dengan keluhan pola tidur buruk, dan masalah perut yang tidak kunjung tuntas. Pria ini juga melaporkan keranjingan minum bir dan mulai membenci pekerjaannya. Sebagai karyawan level menengah di sebuah bank lokal, pria ini mulai terganggu dengan atasan dan teman-temannya.

Sehubungan dengan perceraian yang dialami, pria ini juga melaporkan keterbatasan akses yang dialami dalam menemui anak-anaknya. Padahal, ia  sangat membutuhkan dukungan anak-anaknya. Pria ini juga mengeluhkan mantan istrinya yang seolah menjauhkan ia dari semua teman-teman yang dimiliki saat masih menjadi pasangan.

Peneliti melaporkan, kondisi fisik pria ini tampak biasa saja meski pun ia mengalami sedikit pembengkakan pada liver dan tubuhnya yang kegemukan.  Namun sebaliknya, peneliti mengaitkan kondisi penyakit yang dialami pria ini dengan gejala depresi yang berlanjut dengan kecemasan dan stres akibat perceraian.

Peneliti menyarankan para dokter untuk melakukan pengobatan pada gejala-gejala psikologis akibat perceraian, dan bukannya merekomendasikan perbaikan nutrisi, olahraga, dan pola tidur. Para pria korban perceraian juga wajib mengikuti program terapi kecanduan alkohol dan zat terlarang. Selain itu, mereka juga harus mendapat rujukan dari tenaga medis untuk berobat para konselor, profesional kesehatan jiwa, atau kelompok dukungan perceraian.

Peneliti menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut guna melihat dampak perceraian bagi kesehatan pria. Professor Ridwan Shabsigh dari Cornell University, Amerika Serikat mengatakan, temuan ini menjadi dasar penyusunan diagnosa dan panduan terapi kesehatan bagi para pria korban perceraian.

Riset ini sekaligus membuka sisi lain pria, yang sering dikesankan sebagai sosok kuat, tabah, dan lebih kebal pada trauma dibanding wanita.

"Faktanya, pria sangat terpengaruh dengan trauma psikologis dan peristiwa buruk dalam kehidupan seperti perceraian, kebangkrutan, perang, dan kematian. Penelitian segera sangat dibutuhkan untuk menyelidiki prevelensi dan dampak perceraian bagi kesehatan pria," kata Shabsigh yang juga Presiden International Society of Men's Health.


0 komentar:

Posting Komentar